BELAJAR TANPA GURU' GURUNYA SYAITHAN








BELAJAR AGAMA HARUS DENGAN BERGURU  
‘’MAN LAISA LAHU SYAIKH FASYAIKHU SYAITHAN’’
‘’Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka guru nya adalah setan’’

MARI KITA BAHAS
Ilmu Tanpa Sanad Gurunya Adalah Syetan.
Hati Hati Jangan Sampai memahami Sendiri Ayat Ayat Qur,an Dan Hadist Tanpa Ada Pemahaman Ulama,
Hadirilah Majlis Majlis Yg Di Pimpin Oleh Para Habaib, Kyai ,Abuya Dan Para Ustadz , karena itulah Majlis Yg Sebenarnya.
Adapun  yg Fb, internet Buku Buku dll  hanyalah Sebagai Wawasan Saja..
Ulama/kyai yang jadi guru ataupun ustadz merupakan pewaris para Nabi yang menjadi pemegang
tongkat estafet perjuangan agama islam, sehingga pelajar tidak akan mampu mempelajari ilmu
agama dengan benar tanpa melalui ulama,
Imam Abu Yazid Al-Busthomi memperingatkan pelajar yang mempelajarinya tanpa guru sebagai
berikut:





Syaikh muhammad bin shalih al utsaimin




‘’Barang siapa yg gurunya adalah bukunya,maka kesalahannya





Diperkuat dalam al-qur’an
 

walaa taqfu maa laysa laka bihi ‘ilmun inna alssam’a waalbashara waalfu-aada kullu ulaa-ika kaana ‘anhu mas-uulaan
‘’ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya



Imam  syafi’e rohimahulloh  pernah berkata: 



Perumpamaan orang yang mencari ilmu tanpa hujjah( dasar asli penguat landasan syari’at yg kuat) adalah seperti orang yang mencari kayu bakar pada malam hari, ia membawa seikat kayu, di mana di dalamnya terdapat ular yang siap mematuknya, sedangkan dia tidak mengetahuinya.

Dari pepatah di atas jelas imam syafi’e menyuruh belajar pada hujjah yg sah yaitu al-qur’an ,hadits. Dan juga disimpulkan bearti menuntutnya juga harus pada guru yg berilmu yg pernah belajark karna kalau tidak pada rujukan yg sah dan pada guru yg faham berilmu tadi maka di ktakutkan tersesat menyimpang karna tidak faham sesuatu nya maka harus berguru( guru2 yg baik ilmunya, ulama2’ustadz2

( Kata Al-Imam Ali Zainal Abidin
“laula isnada ma qola sa’a ma sa’a”
‘’ jika tanpa isnad memang orang bisa berkata apa saja yang dikehendakinya. ‘’
Org yg belajar tanpa guru ia sekehendak hatinya menafsirkan
Semua ilmu nya dg faham dan keinginannya sendiri di saat itulah
Syethan membarengi hatinya dan akhirnya timbullah penyesatan
Bagi org lain,



Abu Hayyan berkata


‘’ Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh,( guru) niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus’’


Syaikh muhammad bin shalih al utsaimin rahimahullah
Dalam kitabul’ilmi menjelaskan bahwa seseorang penuntut ilmu hendaknya memiliki guru dan tidak membiarkan dirinya belajar sendiri tanpa bimbingan karna org yg memiliki guru akan memperoleh manfaat yg banyak

‘’ Amirul mukminin ali bin abi tholib berkata,
 “tidak akan dapat ilmu yang bermanfa’at seseorang diantara kalian,
 kecuali dengan enam perkara, yaitu : harus cerdas, semangat, bersabar, memiliki biaya, memiliki guru pembimbing dan waktu yang lama
Para ulama berkata: Janganlah kalian belajar ilmu dari orang yang belajar dari kitab tanpa belajar dari syaikh yang pintar,
karena hal itu akan menjadikan Anda sesat, serta membelokkan pengertian. Dengan sendirinya ulama mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan perantara ilmu, seperti ungkapan dalam kaidah fiqh:
Perantara mempunyai hukum sama seperti tujuan. Yakni cara menghormati murid/pelajar kepada Masyayikh ataupun ustadz yang merupakan perantara untuk mendapatkan ilmu agama yang agung.
‘’ Rasulullah saw bersabda,
 “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”.
(HR. Ahmad
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saw bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.”
(Hadits riwayat Ath-Thabarani,,

Pendapat ulama’



‘’Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar (belajar agama) untuk mencari seorang guru yang benar, dan di bawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan ruhani mengalahkan kekuatan jasmani (akal fikiran)’’
(Tafsir haqqi, juz 15, hal: 13,,
‘’Syeh Abu Ali al-Daqoq berkata: seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul baginya asror (rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut)’’


‘’Bagi orang yang belajar membaca al-Qur’an di(syaratkan) untuk belajar cara membaca dari (guru) yang guru tersebut mendapat ajaran dari gurunya, agar kebenaran dari bacaan tersebut sesuai dengan apa
yang di ajarkan rasulullah saw.
(Haqqu al-Tilawaah, hal: 46









Dari Abdullah ibn Mas’ud ra., Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya”. (HR. Bukhari, No. 2652, Muslim, No. 6635)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saw bersabda, “Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (HR. Ath Thabarani) Ibnul Mubarak berkata: ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 No. 32 )
Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw Bersabda: ”Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka.”. (HR.At Tirmidzi
Imam Malik ra. berkata: “Hendaklah seseorang penuntut itu hafalannya (matan hadith dan ilmu) daripada ulama, bukan daripada Suhuf (lembaran)”. (Al-Kifayah oleh Imam Al Khatib m/s 108
Imam Asy Syafi’i ra. juga berkata: “Barangsiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya).”. (Tazkirah As-Sami’e: 87
Berkata pula Imam Ats Tsauri ra.: “Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”, berkata pula Imam Ibnul Mubarak: “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad.”. (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)
Al-Hafidh Imam Ats Tsauri ra. mengatakan: “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”.
Bahkan Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata: “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)
Asy Syeikh As Sayyid Yusuf Bakhour Al Hasani menyampaikan bahwa: “Maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.“.
Sheikh Ibn Jama’ah berkata: “Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan sahifah (lembaran-lembaran atau buku).”. (Ibn Al-Jama’ah: 87 dan dinukilkan dalam Muqoddimah Syarh Al-Maqawif 1/90)
Imam Badruddin ibn Jama’ah: “Hendaklah seseorang penuntut ilmu itu berusaha mendapatkan Syeikh yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah secara sempurna, yang mana dia melazimi para syeikh yang terpercaya di zamannya yang banyak mengkaji dan dia lama bersahabat dengan para ulama’, bukan berguru dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembar kertas dan tidak pula bersahabat dengan para syeikh (ulama’) yang agung.”. (Tazkirah As-Sami’ wa Al-Mutakallim 1/38)
Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.”. (HR. Ibnu Majah No. 3950, Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan Ath Thabarani dalam Musnad Al Syamiyyin (2069).

Al-Imam Abu Yazid Al-Bustami;

 “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah saw.
Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“

Dan sebagai penjelasan terakhir mari kita renungi bersama sama apa yang di sampaikan Habib mundzir al-Musyawa:

“Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yang tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw”.

“Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur, jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu guru tetap penting.

Jadi tidak boleh hanya membaca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita sedang mendapatkan masalah”.

‘’Ustadz –adi hidayat lc.ma. pernah berkata didalam cermah nya,
Prinsip utama dalam belajar harus mempunyai guru karna nabi pun punya guru,apalagi kita yg bukan siapa2 nabi bukan, sahabat bukan ,bagaimana
Kita bisa memahami lebih baik kalau tanpa guru,sedangkan nabi yg jelas2 utusan allah masih mempunyai guru siapa guru nya nabi’ guru nya nabi malaikat. Dan guru nya sahabat adalah nabi, dan kemudian tabi’in siapa gurunya tabi’in, guru tabi’in adalah sahabat dan seterusnya,
Ustadz abdul somad lc.ma pernah berkata dalam ceramahnya
Ia pernah ditanya oleh jema’ah nya tentang belajar tanpa guru
Belajar tanpa guru, boleh seperti mendengar video ceramah karna org

Nyata adanya org yg ceramah tersebut,dan seperti membaca buku lihat sumber dan siapa penulisnya tapi itu juga jika yg hukum2 nya jelas tanpa  Interpretasi( dalam istilah yg pelu terjemah dan tafsir dan gerak dsb)

 jika ada yg tidak di pahami tanyalah ke org nya atau ke guru2 lainya
Kesimpulan dari cakap beliaupun jika di kaji, sama dg yg saya tuliskan di atas hanya sekedar  wawasan sementra itu itu juga jika dipahami selebihnya harus berhadapan langsung dg guru karna tidak semuanya kita Fahami jika tanpa penjelasan guru-guru yg berilmu tadi kalu semntara untuk pegangan sebelum menemukan guru/beguru’ saja tidak apa2.
Guru2 saya pun berkata berkata
‘’Belajar tanpa ilmu maka yg membenarkan faham2 nya yg akan membimbingnya adalah syetan
Dan berguru tanpa kitab  tiada berkah ibarat tanah  perkarangan ia tidak punya sertifikat

Bagi org awam harus berguru tidak boleh belajar tanpa guru,
Yg sangat perlu belajar kita yg belum pernah duduk diBAngku pengajian agama jelas harus memiliki guru karna hanya 5% yg mampu kita pahami tanpa penjelasan seorang guru
Dari itu yg dimaksud boleh membaca belajar sendiri itu hanya bagi yg sudah pernah belajar  agama terus ia tidak sempat lagi dan kemudian ia melanjutkan kajian kitabnya yg belum selesai dikaji nya bersma gurunya dulu
Mungkin yg di bolehkan
kalo bagi pemula belum pernah majlis, atau mondok atau kuliah
jelas tidak boleh tanpa guru terkecuali darurat ,jauh atau ketiadaan sebelum menemukan guru/datang ke guru
jadi menurut sya yg di bolehkan itu misal kita pergi mendengar ceramah,tentu gak pakai kitab, atau nonton youtbe , atau kemajlis tapi gak bawa kitab, datang kerumah kita beli kitab baca sendiri ini yg di maksud dibolehkan karna dg mendengar bertanya di dalam majlis tadi atau pengajian, kita bisa memahami sendiri kitab2 yg dibaca sendiri tadi tidak dari nol semata2 karna ada tempat bertanya
jadi yg sangat di takut membaca kitab buku sendiri2 tanpa bimbingan sedangkan ia tak memahami salah benar nya padahal didalam hukum seperti gerak sholat wudhu, klau kita hanya membaca tanpa praktek kadang ada yg salah kita praktekan karna tak berguru tadi bahasa qur’an hadits itu sendir kadang2 banyak yg kita tidak fahami makna nya,
maka dari itu sudah sepatut berguru dan sangat afdhal berguru
jangan sendiri-sendiri,
dalam hal ini org2 sekarang banyak berbeda pendapat dalam hal ini
Dalam hal ini ada yg membolehkan dan ada juga yg tidak membolehkan
Ada juga yg membantah pendapat ini’ sebagian, namun saya lebih condong pada
Pendapat
’Jika membaca kitab/belajar tanpa berguru, maka gurunya syaithan
Dan jika berguru tanpa kitab,maka ilmu nya tiada berkah’’
Terkecuali Jika ketiadaan atau darurat tadi
Dan jika anda ingin menuntut ilmu,berniat untuk mengajarkan nya kembali, maka sudah sepatutnya’ menuntut ilmu pada guru dg adanya kitab sebagai sertifikat ilmu anda kemudian hari,
Kenapa demikian karna membaca tanpa pembimbing maka bagi org Awam tentu banyak sekali yg tidak dia fahami dalam apa yg di bacanya
Dan berguru dia namun tiada kitab, maka ketika dia mau mengajar atau ber fatawa dia, dia tidak bisa membuktikan perkataannya dalilnya dari mana walaupun dia menyebut nama gurunya maka org belum tentu membenarkan nya tanpa dalil yg akurat karna mungkin sebagian org’ ada yg tidak suka pada seseorang guru Tapi kalau dalilnya dari qur’an hadits kitab2 yg ditulis ulama’terkenal maka dia mendpat kepercayaan penuh dari murid2nya atau yg mendengar fatwanya tersebut,dan fatwa akan menjadi kuat karna ia telah berguru/beijazah .mendingan kalau dia bilang’ saat di tanya kata siapa ustadz mana, misalnya dia dengar video kata ustadz sianu sya dengar video ceramahnya itu bisa diterima, tapi kalau dia berfatwa yg di fatwanya tidak pernah dibahas ustadz dlam video ,pada siapa ia akan merujuk, maka perlu guru, dan perlu kitab
 “Ibarat pepatah- hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga ,
Rumah yg didalam nya tak dibacakan al-qur’an tak ada yg beribadah  ibarat seperti kuburan
Berilmu tanpa berguru ibarat ke rumah tak tahu jalan’
Berguru tanpa berkitab ibarat membeli tak tahu harga
Hidup tanpa ilmu ibarat rumah tiada pelita
Dan masih banyak pendapat-pendapat lainya tentang hal ini
Yg tidak bisa dituliskan semua

JADI KESIMPULAN NYA
1.Di bolehkan misal nya ,mendengar ceramah seperti youtube dll karna sudah jelas adanya dan nyata orangannya
2. Di Bolehlah Membaca  di internet tapi yg kita tahu  dasarnya sumbernya dan tidak bersalah’an dg ijma’2 nya ulama’ serta jelas bunyinya
3.seperti membaca sendiri boleh tapi yg kita fahami saja, dan yg jelas hukum2nya, bunyi2nya, tanpa perlu di tafsirkan lagi,tapi jika ada yg tidak kita fahami jangan paksa kita memahami nya sendiri tanyakan pada guru2 dan kawan yg lebih mengetahui
4.tapi pendapat saya seperti pernah saya pelajari ilmu yg kita belajari sendiri tanpa ke majlis ponpes dan mendengar ceramah itu tidak bisa di kembangkan ke umum hanya untuk kita sendiri dan keluarga ditakutkan banyak faham2 yg belum mampu kita tafsirkan sendiri  ditakutkan banyak salahnya,hanya sebagai wawasan saja supaya tidak menjadi org tidak punya pengetahuan sama sekali
5. sebaiknya yg paling  afdhal adalah berguru karna keistewaan keberkahan ke shahihannya adalah dg berguru, dan ilmu org yg berguru lebih munafaat dari yg belajar sendiri dan lebih tinggi dan dipercayai dari yg sendiri2 dan di akui di yakin dan bisa di ajarkan dg jelas sanad2nya daripada yg belajar’ sendiri2 dan ilmu yg berguru seperti kemajlis2 ponpes lengkap dan detail ,daripada hanya membaca buku sendiri tanpa bimbingan

6.DARI PADA MAKSIAT MENDINGAN LEBIH BAIK MENONTTON VIDEO CERAMAH,DAN MEMBACA BUKU AGAMA BANYAK FAEDAHNYA TAPI JGN LUPA MENCARI GURU SUPAYA BERKAH ILMU BACAANNYA TADI,
Nb.sya condong ke pentingnya berguru berkitab,daripada belajar sendiri-sendiri,


Wallahu a’lam
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENGARTIAN DALAM PENULISAN
DALAM FATWA2 SHAHIH ATAU DHAIF NYA APA YG SAYA TULISAKAN SAYA PUN TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN KEKHILAFAN KELEMAHAN DALAM SEGI APAPUN ,CUMA HANYA INGIN BERBAGI DARI APA YG SAYA DAPATKAN DARI CERAMAH2, GURU2 KITA, DALAM MAJLIS2 TA’LIM, YG SYA DATANGI HADIRKAN, DAN DALAM BEBAGAI BUKU2 AGAMA YG SAYA BACA,DAN DARI KITAB2 NYA PARA ULAMA’ DAN DARI GURU2 SAYA,DAN DARI BERBAGAI SUMBER MEDIA2 PELAJARAN ISLAM, YG SAYA KUMPULKAN DALAM SEBUAH TULISAN UNTUK BEBAGI kesesama yg saya rangkum jadi satu mudah2an bisa difahami ‘ambil yg baik dan benarnya, yg shahihnya, yg kira2 di yakini tinggalkan buruk dan salahnya yg tidak sesuai atau ada salahnya
JIKA SALAH TOLONG DIBENARKAN, DILURUSKAN,JIKA BENAR TOLONG DI BAGIKAN
Benar datang nya dari allah swt ‘dan salah  datangnya dari saya sendiri,

                                                     RANO AL-MADY AL-KUNDI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANAK MENINGGAL SEBELUM BALIGH DAN KE IKHLASAN ORG TUA NYA

''HARAM KAH PERMAIN GAPLE,REMI CATUR DAN SEJENIS MEREKA''