YANG SERING DI UCAPAKAN GURU SAYA DI DALAM MAJLIS TA'LIM NYA
Alhamdulilahi rabbil ‘alamin,
Was sholatu wassalamu ‘ala,
Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,
Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du
امتثال الاوامر واجتناب النواهي
Amtithal al awamir wajtinab alna wahi.Melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya' AMIIN,,
Dari Abu Musa al-Asy’ari
Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
مَثَلُ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيْعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِيْ دِيْنِ اللهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِيْ اللهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allâh mengutusku dengannya laksana hujan deras yang membasahi tanah. Ada tanah subur yang dapat menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Ada tanah kering yang dapat menampung air, lalu Allâh memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa meminumnya, mengairi tanaman, dan bercocok tanam. Hujan itu juga menimpa jenis (tanah yang) lain yaitu yang tandus, tidak dapat menampung air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang mendalami agama Allâh, lalu ia mengambil manfaat dari apa yang Allâh mengutus aku dengannya, sehingga ia berilmu lalu mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak peduli dengannya dan tidak menerima hidayah Allâh yang aku diutus dengannya,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allâh membawa petunjuk dan agama yang haqq (benar). Allâh berfirman, yang artinya,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al-Qur’ân) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” [at-Taubah/
مَثَلُ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيْعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِيْ دِيْنِ اللهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِيْ اللهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allâh mengutusku dengannya laksana hujan deras yang membasahi tanah. Ada tanah subur yang dapat menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Ada tanah kering yang dapat menampung air, lalu Allâh memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa meminumnya, mengairi tanaman, dan bercocok tanam. Hujan itu juga menimpa jenis (tanah yang) lain yaitu yang tandus, tidak dapat menampung air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang mendalami agama Allâh, lalu ia mengambil manfaat dari apa yang Allâh mengutus aku dengannya, sehingga ia berilmu lalu mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak peduli dengannya dan tidak menerima hidayah Allâh yang aku diutus dengannya,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allâh membawa petunjuk dan agama yang haqq (benar). Allâh berfirman, yang artinya,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al-Qur’ân) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” [at-Taubah/
Di antara do’a yang
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan agar mendapatkan ilmu yang
bermanfaat:
اَللَّهُمَّ إِنِـّيْ أَسْأَلُكَ عِلْـمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِـّبًا، وَعَمَلًا مُـتَـقَبَّـلًا
Ya Allâh , aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima,,
اَللَّهُمَّ إِنِـّيْ أَسْأَلُكَ عِلْـمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِـّبًا، وَعَمَلًا مُـتَـقَبَّـلًا
Ya Allâh , aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima,,
ini do’a beliau
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ، وَعَلِـّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ، وَزِدْنِيْ عِلْـمًا.
Ya Allâh , berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan untuk mengucapkan :
اَللّٰهُمَّ إِنِـّي أَسْأَلُكَ الْـهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَـى
Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, terpeliharanya diri, dan kecukupan.
يَـا مُقَلّـِبَ الْـقُـلُوْبِ ثَـبّـِتْ قَـلْبِـيْ عَلَـى دِيْـنِـكَ.
Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.,,
rosul saw
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhori )
Asbabul Wurud Hadits
Mengenai latar belakang hadist ini adalah menurut Imam Ahmad dan al-Thabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: “Selesai melakukan Hajji Wada’ Nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan diangkat!” lalu seorang Arab Baduy bertanya: “Bagaimana ilmu itu diangkat?” lalu Rasul Bersabda: “Ketahuilah bahwa hilangnya ilmu itu dalam tiga periode”, dalam riwayat lain Abu Ummah meriwayatkan bahwa orang Arab itu bertanya “Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat, sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Quran, kami mempelajarinya serata kami mengetahuinya , serta kami ajarkan kepada anak-anak dan istri kami, demikian pula kepada pelayan kami.” Rasulullah mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan kepada orang itu, karena marahnya. Rasulullah lau bersabda: “Inilah Yahudi dan Nasrani di kalangan mereka tidak mempelajarinya , tatkala para Nabi datang kepada mereka. Ibn Hajar berkata: “Hadits Masyhur sekali dari riwayat Hisyam. Dan dalam riwayat lain bunyinya: …”sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”
Syarah Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudia menjelaskan akibat yang sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didasari oleh ilmu.
Hadis ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, gur yang benar sumber ilmunya. Karenanya ada hadits lain mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnyadalah syetan.” Makanyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mepelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak dengan adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia ini, kemulian ini seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.,,
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ، وَعَلِـّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ، وَزِدْنِيْ عِلْـمًا.
Ya Allâh , berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan untuk mengucapkan :
اَللّٰهُمَّ إِنِـّي أَسْأَلُكَ الْـهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَـى
Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, terpeliharanya diri, dan kecukupan.
يَـا مُقَلّـِبَ الْـقُـلُوْبِ ثَـبّـِتْ قَـلْبِـيْ عَلَـى دِيْـنِـكَ.
Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.,,
rosul saw
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhori )
Asbabul Wurud Hadits
Mengenai latar belakang hadist ini adalah menurut Imam Ahmad dan al-Thabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: “Selesai melakukan Hajji Wada’ Nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan diangkat!” lalu seorang Arab Baduy bertanya: “Bagaimana ilmu itu diangkat?” lalu Rasul Bersabda: “Ketahuilah bahwa hilangnya ilmu itu dalam tiga periode”, dalam riwayat lain Abu Ummah meriwayatkan bahwa orang Arab itu bertanya “Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat, sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Quran, kami mempelajarinya serata kami mengetahuinya , serta kami ajarkan kepada anak-anak dan istri kami, demikian pula kepada pelayan kami.” Rasulullah mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan kepada orang itu, karena marahnya. Rasulullah lau bersabda: “Inilah Yahudi dan Nasrani di kalangan mereka tidak mempelajarinya , tatkala para Nabi datang kepada mereka. Ibn Hajar berkata: “Hadits Masyhur sekali dari riwayat Hisyam. Dan dalam riwayat lain bunyinya: …”sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”
Syarah Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudia menjelaskan akibat yang sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didasari oleh ilmu.
Hadis ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, gur yang benar sumber ilmunya. Karenanya ada hadits lain mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnyadalah syetan.” Makanyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mepelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak dengan adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia ini, kemulian ini seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.,,
NASEHAT YANG SERING KAMI DENGAR... AWAL SEBELUM MEMBACA KITAB
Tuntut lah ilmu, dimana pun dia berada,dan selalu mendengar/menerima nasehat baik dari apapun orgnya karna hal yg baik dari siapapun boleh di ambil sekalipun dari iblis siapat apakah yg boleh di ambil dari iblis yaitu sipat ketidak putus asaannya jadi kitapun tidak boleh putus asa juga dalam mengejar/mencari kebaikan dan berbuat baik juga dalam suatu ujian
karna org berilmu sesasalah-salah nya org berilmu setidak-tidaknya hanya terjerumus dalam dosa,tapi sesalah-salahnya org bodoh akan terjerumus dalam kekafiran betapa pentingnya ilmu betapa kuat perintah menuntut ilmu, karna kalau tidak berilmu ibarat rumah tanpa pelita
orang yang tidak suka mendengar nasehat baik terutama guru-guru,ulama-ulama' orang tua dan teman yg menasehati maka ciri-ciri akan binasa dalam agama nya
Dan orang orang yg membenci ulama' guru agama maka org itu akan di jauh dari ilmu,berkah dan syafa'at kebaikan dunia dan akhirat dan akan semakin gelap hatinya dan akan semakis terkikis imannya
ber angan-angan panjang untuk dunia akan membinasakan iman,
Barang siapa cinta dunia maka akan rusak akhirat nya, dan barang siapa cinta akhirat maka akan sempurna dunianya maka utamakan lah yg kekal daripadanya
Ibarat Menanam lalang maka tak akan tumbuh padi, tapi menanam padi lalang pasti tumbuh
Bearti berbuat keburukan kebaikan tak akan ada didapat, tapi ,tapi berbuat kebaikan keburukan akan ikut merorong kita,
ibadah orang berilmu 1 rakaaat sholat maka akan diterima , tapi ibadah tak berilmu 1000 rokaat sholat akan tertolak Maka perlu sekali ilmu agama karna ber'badah tanpa ilmu ibarat menanam biji mentimun air di pasir gurun panas sia-sia
karna kalau tak berilmu sulit membedakan mana salah mana benar jika tidak bisa membedakan salah dan benar akan dekat dg kesesatan jika dekat kesesatan akan dekat dg kekafiran, karna jarak kebaikan dan keburukan seperti mata putih dan mata hitam,
Hati yg keras yg sulit menerima kebaikan walaupun dicerah dg ilmu agama dia tetap keras sehingga tak masuk segala ilmu, nasehat,sehingga kebaikan tak melekat pada diri kita,membuat kita jauh dari ridhonya allah, orang yg keras hatinya ia akan sllu menentang nasehat baik dan selalu membantah dg jawab2an yg tidak sesuai dg aturan agama maka minta dan berdoa lah untuk dilembutkan hati dalam kebaikan, dikeraskan untuk kejahatan
dan dalam hidup menata hukum dalam agama ada 4 hal penting yg harus dikerjakan dan ditinggalkan
dua dikerjakan dua ditinggalkan, tidak lain tidak bukan, WAJIB, SUNAT, HARAM MAKRUH,
kerjakan wajib dan sunat, tinggalkan lah makruh dan haram,
kenpa...sunat dekatnya kewajib, dan makruh dekatnya ke haram,
jangan telalu cinta dunia karna cinta dunia mengancam iman dan agama,karna dunia ibarat lautan luas amal kebaikan lah perahu nya, tanpa amal ibadah yg baik , ibarat di laut tanpa perahu pasti akan tenggelam di dalam nya
Belajar lah dg berguru, dan dg berkitab karna tanpa guru gurunya syaitahan ,tanpa kitab ilmu nya fatal,boleh kau baca kitab mu sendiri-sendiri jika kau telah berguru dan atau dalam keadaan berguru
dan selalu ingat mati supaya tidak panjang angan-angan karna org yg ingat mati akan mudah dekat dg kebaikan dan akan menyempurnakan amalnya, karna jika lupa mati akan lalai dari mengingat allah
jika berada dalam majlis ilmu maka duduk sama rata hormatilah kitab,minimal di atas kaki setidaknya sejajar dg pusat jangan samaratakan dg kaki,dudukkan lah kitab diatas(rekal(rihal)lekal)
karna disetiap kitab terkandung ayat alqur'an dan hadits nabi saw,
jika berada di majlis ilmu, sholawat dan berdoa lah sebelum memulai supaya berkah, dan duduk seperti duduknya tahiyat akhir jika mampu, setidaknya tidak bersilu kaki jika tak mapu tak apa2 dan jika tutuplah dg shalawat dan doa karna dg shalawat pada rosul saw semua ilmu akan berkah dan setiap masuk kemajlis ilmu ucapakan salam,begitu juga keluarnya, dan jika membawa minyak wangi maka bagi-bagikan memakainya dg kawan semajlis mu didalam sebuah pengajian
kita mengaji berjema'ah dan sempatkan lah makan berjema'ah sesama seperguruan berjema'ah ala rosullulah saw, begitu sholat,
dan dalam berta'lim biasakan dg ada nya whudu yg tiada putus ,pakai lah wangi2an dan bersih
belajar lah kitab yg bawah fahami dan meningkat-meningkat-meningkat ke yg tinggi jangan langsung ke palajaran yg tertinggi sehingga tidak gagal faham,biasakan belajar dari bawah keatas sebagai kita sekolah PAUT,SD SMP SMA dan seterusnya
ulang2i bacaan atau pelajaran dalam kitab setelah pulang dari majlis supaya semakin faham maka nya begitulah perlu nya adanya kitab tanya jika ada sesuatu yg kurang di fahami
perbanyakkan lah belajar tauhid akan mengokoh ilmu, hati dan anggota tubuh dalam segala ilmu agama dan ibadah atau tantang dan juga musibah
jika sholat pakai lah putih polos dari baju kain sorban atau kopiah jangna memakai pakai bergambar ,dan jika adzan berbunya maka harus minimal sudah duduk di tempat sholat awalkan lah waktu,
dan perbanyakkan lah amal-amalan sunat apaun jenisnya dan jagalah makanan
karna sebab makanan akan mempengaruhi amal ibadah
dan jika menuntut ilmu jangan melihat berkaca atau merujuk pada guru , tapi merujuk lah pada hukum, pada pada kitab ulama yg telah disesuai dg al-qur'an dan hadits
karna merujuk pada guru kau akan salah karna seorang gurupun manusia yg tak lepas dari slah jika dan merujuklah pada guru yg sangat benar ahlaqnya yaitu nabi kita muhammad saw
perbanyakan lah sedekah, karna dg sedekah yg banyak akan semakin sedikt harta yg terbelanja di jalan maksiat,
Jangan menyembunyikan hukum menyembunyikan kebenaran karna
takut akan pejabat
Jangan tidak berani mengkritik yg salah sekalipun ia raja
pejabat tinggi atau presiden sekalipun
Jangan tunduk pada uang lalu merubah hukum
Napas kemarin kita lewati, napas sekarang kita rasakan , napas besok kita tidak tahu,
menit yg tadi berlalu, menit sekarang kita rasakan, menit sebentar lagi kita tak tahu,
entah hidup entah mati entah balak maka selalu ingat allah berserah dan berdoa tiada henti-hentinya
Napas kemarin kita lewati, napas sekarang kita rasakan , napas besok kita tidak tahu,
menit yg tadi berlalu, menit sekarang kita rasakan, menit sebentar lagi kita tak tahu,
entah hidup entah mati entah balak maka selalu ingat allah berserah dan berdoa tiada henti-hentinya
Wallahu a’lam
Benar datang nya dari allah, dan salah datang nya dari saya sendiri, salah mohon di maafkan dan diluruskan
DALAM FATWA2 SHAHIH ATAU DHAIF NYA APA YG SAYA TULISAKAN SAYA PUN TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN KEKHILAFAN KELEMAHAN DALAM SEGI APAPUN ,CUMA HANYA INGIN BERBAGI
Rano AL-madY AL-Kundi
Komentar
Posting Komentar